Thursday, June 30, 2011
Wednesday, June 29, 2011
Iklan BkkbN (Versi Selamat Hari Keluarga - 29 Juni)
“Peliharalah:
1) DIRI kamu dan
2) KELUARGA kamu
daripada api neraka...” - Surah At-Tahrim, ayat 6
Allah mengutamakan yang tani jaga diri tani dulu then lapas atu, yang kedua, keluarga. Bukannya diri dan best friend. Diri dan negara. Diri dan kelab. And so on. Priority-priority atu lapas keluarga tu.
Anyway, every day is a family day. :)
Tuesday, June 28, 2011
Aa Gym: Saya Bersyukur, Allah Menolong Saya Mengenal Tipuan Dunia
"Siapa tidak kenal Aa Gym? Nama da’i kondang ini sempat mencuat di tahun 2000-an namun seakan hilang dari peredaran. Tapi siapa nyana, dibalik itu semua ada hikmah yang diambil Aa Gym.
Hikmah itu adalah bagaimana ia merasa semakin dekat kepada Allah lewat “sentuhan” yang diberikan Allah kepada dirinya. Aa sadar, dunia telah merenggut kenyamanan hatinya selama ini, ya dunia yang justru pernah membesarkan namanya.
“Kata orang saya terpuruk, malah saya merasa dulu saya terpuruk, dan baru sekarang saya menemukan jalan yang benar,” ujarnya penuh khidmat.
“Kalau seseorang kuat dan bertahan, pasti kekuatan itu datang dari Allah,” tambahnya.
Untuk mengetahui lebih jauh aktifitas Aa Gym saat ini dan kisahnya menemukan perpsektif baru dalam memandang kehidupan, wartawan Eramuslim.com, Muhammad Pizaro, berkesempatan mewawancarai Pimpinan Ponpes Darut Tauhid (DT) itu dalam rute perjalanan menuju Serpong.
Berikut petikan wawancara kami. Selamat membaca.
Apa yang membedakan seorang Abdullah Gymnastiar yang dulu dengan yang sekarang?
Saya sangat bersyukur Allah Subhana wa ta’ala menolong saya mengenal tipuan duniawi, yang selama ini saya merasa tidak tertipu. Bahwa dakwah tidak hanya cukup berbicara bagus dan dikenal banyak orang, tapi yang lebih penting daripada itu benar-benar dakwah bisa mempertanggungjawabkan sikap, lisan, dan hati di hadapan Allah. Ini yang rasanya baru terbuka di beberapa tahun terakhir.
Secara garis besar, Darut Tauhid mengalami goncangan. Sebenarnya seberapa besar goncangan itu dirasakan Aa?
Sebetulnya ini bukan goncangan, tapi ini adalah sentuhan kasih sayang Allah agar sadar bahwa kesalahan selama ini orientasi kesuksesan dalam ukuran dunia itu tidak benar. Bahwa kesuksesan itu adalah kalau kita bisa semakin mengenal Allah, yakin ke Allah dan bersih tauhid kita.
Nah, dulu masih terbuai seakan-akan banyaknya orang, kesibukan, dan melimpahnya dunia sebagai alat ukur sukses. Tapi ternyata kan kalau tidak sampai hati menjadi bersih dari kemusyrikan terhadap duniawi tidak ada apa-apanya semua itu.
Dulu tidak bisa disangkal bahwa Aa merupakan tokoh sentral di DT. DT tidak bisa dilepaskan dari nama Aa. Bagaimana dengan sekarang?
Dulu orang kalau datang ke DT lebih banyak ingin ketemu Aa, sehingga mau antri dipotret. Sekarang sudah tidak begitu, jama’ah yang datang jauh lebih banyak daripada dulu, tapi datang ke DT lebih suka belajar ilmu tauhid.
Pesantren sekarang juga sudah jauh lebih nyaman dari sebelumnya, karena dulu orientasi dunia membuat banyak kekacauan di dalamnya. Walaupun dulu dari luar kelihatan bagus, tapi jauh didalamnya mesti karena cinta dunia cenderung gontok-gontokkan.
Sekarang karena Insya Allah mencarinya Allah (jadi) nyaman sekali. Saya subhanallah ini Allah Maha Mendengar, luar biasa nyamannya hati ini justru dalam keadaan sekarang. Perusahaan sekarang juga tumbuhnya bagus. Mereka takut kalau dapat order banyak, jadi lebih takut (karena) ini ujian lebih berat.
Takut seperti dulu lagi lupa kepada Allah. Jadi luar biasa, luar biasa berkah adanya sentuhan Allah ini. Kata orang saya terpuruk, malah saya merasa dulu saya terpuruk, dan baru sekarang saya menemukan jalan yang benar.
Apa yang akhirnya bisa membuat Aa dan DT bisa bertahan?
Kan Darut tauhid itu sudah ada sebelum saya ada, itu sudah tertulis di lawhul mahfudz. Cuma saya dan kawan-kawan jadi jalan saja terwujudnya rencana Allah. Mungkin saat awal hatinya masih lurus, tapi saat Allah menguji dengan duniawi mulai melenceng. Lalu sekarang belajar kembali lagi ke Allah, ya itu juga Allah juga, kan karuniaNya datang dari Allah. Kalau seseorang kuat dan bertahan, pasti kekuatan itu datang dari Allah.
Kalau diperhatikan ceramah-ceramah Aa sekarang lebih banyak mendekatkan diri kepada ketauhidan, kalau dulu cenderung ke pop. Tanggapan Aa bagaimana?
Iya benar, bahwa dulu memang kemasannya seperti supaya umat senang, tapi sekarang mudah-mudahan supaya Allah senang.
Dengan adanya moment seperti ini, lalu bagaimana Aa memandang problem umat dulu dan sekarang? Apakah masih tetap sama?
Iya jadi ada perspektif baru, kalau dulu sepertinya (problem) umat itu karena dari berbagai strategi dan duniawi. Tapi kalau sekarang menemukan problem umat terbesar saat ini adalah ketauhidan. Dan maaf ya, kita banyak berjuang, tapi masalah besarnya, yaitu Allah-nya kurang dikenal. Allah-nya baru dalam lisan, jangan-jangan kita mempertuhankan perjuangan, seakan-akan kita yang bisa berbuat banyak, tapi kepada Allah yang menguasai langit dan bumi hanya selewat. Bahaya jika kita tidak mengenal Allah.
Seolah-olah aktivis Islam hanya belajar Islam, tapi tidak belajar untuk dekat kepada Allah?
Ya, kita sebagai aktivis sering sekali sibuk dengan Islam-nya, tapi tidak sibuk dengan Allah-nya. Kita belajar Islam tapi belum tentu belajar serius untuk dekat dengan Allah. Karena ada kalanya ilmu yang kita pelajari justru untuk kepentingan duniawi kita. Ingin nama, ingin besarnya organisasi, malah ada yang lebih mencintai organisasinya daripada mencintai Allah, mencintai kelompoknya daripada mencintai Allah. Kita mencari dalil yang sohih tapi kadang akhlak kita tidak sohih. Itu yang harus kita tafakuri pada diri kita.
Jadi marifatullah itu sangat penting bagi aktivis Islam saat ini?
Marifatullah atau mengenal Allah itu adalah fondasinya, karena bagaimana bisa syahadat dengan benar kalau kita tidak kenal Allah. Walau lisan kita bersyahadat tapi tidak kenal Allah, pasti tenaga untuk syahadatnya kurang. Pasti ada tuhan yang lain nanti di hatinya. Mungkin menuhankan harta, kedudukan, atau mempertuhankan dirinya sendiri. Ingin dikagumi dan sebagainya.
Bagaimana bisa shalat khusyu kalau tidak kenal Allah sedangkan orang yang khusyu itu kan kalau sudah kenal Allah khusyu-nya akan lebih mudah karena dia merasa diperhatikan, didengar dan dipersaksikan. Jadi fondasi dari segalanya adalah marifatullah.
Aa sering berbicara tentang Tauhid, sebenarnya bagaimana pandangan Aa terhadap Tauhid?
Iya tauhid itu laillaha ilallah. Semakin bersih hati dari menuhankan siapapun selain Allah semakin bagus tauhidnya. Dia akan makin bahagia, makin tenang, makin gigih dalam berjuang, makin istiqomah, makin berubah ahklaknya menjadi lebih baik. Karena akhlak itu akan jadi baik berbanding dengan tingkat keyakinan.
Kalau yakin Allah Maha Mendengar, insya Allah dia terjaga kata-katanya. Makin tahu Allah mengetahui isi hati, dia tidak berani bersuudzhan kepada orang beriman. Makin yakin Allah yang membagikan rezeki, makin tidak gentar menghadapi hidup ini. Makin yakin Allah mengetahui segala rahasia, dia tidak berani bermaksiat secara sembunyi-sembunyi. Pokoknya yakin kepada Allah, akhlak berubah menjadi semakin lebih baik.
Masalah kita, waktu untuk belajar tentang Allah ini sepertinya bukan menjadi hal yang prioritas. Padahal Al Qur’an sendiri, kata Imam Ibnu Taimiyyah, lebih banyak menyebut tentang Allah daripada tentang apapun. Ayat yang paling mulia yaitu Ayat Kursi (berbicara) tentang Allah. Surat yang paling utama, surat Al Fatihah tentang Allah. Sepertiga Al Qur’an yakni surat Al Ikhlas itu juga tentang Allah. Tapi waktu kita untuk belajar tentang Allah sangat tidak sebanding dengan kesibukan kita.
Jadi ini masalahnya, kita sering tidak serius dengan fondasi yang kita bangun, yakni ilmu mengenal Allah, tentang yakin kepada Allah, tentang patuh kepada Allah.
Apa pesan Aa untuk pembaca Eramuslim?
Seriuslah di hati terdalam secara jujur ingin mencintai Allah, tidak usah digembar-gemborkan. Kemudian berusahalah sekuat tenaga mencari ilmu dari orang yang yakin kepada Allah. Supaya kita ketularan yakin kepada Allah, berkumpullah kepada orang-orang yang yakin kepada Allah dan bermujahadahlah untuk bisa yakin dan patuh kepada Allah.
Allah nanti mengatur semuanya. Allah menuntun kita ditempatkan di tempat yang paling pas dalam perjuangan ini, tapi semuanya diatur Allah yang Maha Tahu apa yang paling tepat untuk kita semua.
Walladzina jaahadu fii na lanahdiyannahum subulana. Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah, pasti Allah menunjukkan jalan-jalannya. Terimakasih ya mohon doa. (pz)"
Taken from:
http://www.eramuslim.com/berita/bincang/aa-gym-saya-sangat-bersyukur-allah-menolong-saya-mengenal-tipuan-dunia.htm
Hikmah itu adalah bagaimana ia merasa semakin dekat kepada Allah lewat “sentuhan” yang diberikan Allah kepada dirinya. Aa sadar, dunia telah merenggut kenyamanan hatinya selama ini, ya dunia yang justru pernah membesarkan namanya.
“Kata orang saya terpuruk, malah saya merasa dulu saya terpuruk, dan baru sekarang saya menemukan jalan yang benar,” ujarnya penuh khidmat.
“Kalau seseorang kuat dan bertahan, pasti kekuatan itu datang dari Allah,” tambahnya.
Untuk mengetahui lebih jauh aktifitas Aa Gym saat ini dan kisahnya menemukan perpsektif baru dalam memandang kehidupan, wartawan Eramuslim.com, Muhammad Pizaro, berkesempatan mewawancarai Pimpinan Ponpes Darut Tauhid (DT) itu dalam rute perjalanan menuju Serpong.
Berikut petikan wawancara kami. Selamat membaca.
Apa yang membedakan seorang Abdullah Gymnastiar yang dulu dengan yang sekarang?
Saya sangat bersyukur Allah Subhana wa ta’ala menolong saya mengenal tipuan duniawi, yang selama ini saya merasa tidak tertipu. Bahwa dakwah tidak hanya cukup berbicara bagus dan dikenal banyak orang, tapi yang lebih penting daripada itu benar-benar dakwah bisa mempertanggungjawabkan sikap, lisan, dan hati di hadapan Allah. Ini yang rasanya baru terbuka di beberapa tahun terakhir.
Secara garis besar, Darut Tauhid mengalami goncangan. Sebenarnya seberapa besar goncangan itu dirasakan Aa?
Sebetulnya ini bukan goncangan, tapi ini adalah sentuhan kasih sayang Allah agar sadar bahwa kesalahan selama ini orientasi kesuksesan dalam ukuran dunia itu tidak benar. Bahwa kesuksesan itu adalah kalau kita bisa semakin mengenal Allah, yakin ke Allah dan bersih tauhid kita.
Nah, dulu masih terbuai seakan-akan banyaknya orang, kesibukan, dan melimpahnya dunia sebagai alat ukur sukses. Tapi ternyata kan kalau tidak sampai hati menjadi bersih dari kemusyrikan terhadap duniawi tidak ada apa-apanya semua itu.
Dulu tidak bisa disangkal bahwa Aa merupakan tokoh sentral di DT. DT tidak bisa dilepaskan dari nama Aa. Bagaimana dengan sekarang?
Dulu orang kalau datang ke DT lebih banyak ingin ketemu Aa, sehingga mau antri dipotret. Sekarang sudah tidak begitu, jama’ah yang datang jauh lebih banyak daripada dulu, tapi datang ke DT lebih suka belajar ilmu tauhid.
Pesantren sekarang juga sudah jauh lebih nyaman dari sebelumnya, karena dulu orientasi dunia membuat banyak kekacauan di dalamnya. Walaupun dulu dari luar kelihatan bagus, tapi jauh didalamnya mesti karena cinta dunia cenderung gontok-gontokkan.
Sekarang karena Insya Allah mencarinya Allah (jadi) nyaman sekali. Saya subhanallah ini Allah Maha Mendengar, luar biasa nyamannya hati ini justru dalam keadaan sekarang. Perusahaan sekarang juga tumbuhnya bagus. Mereka takut kalau dapat order banyak, jadi lebih takut (karena) ini ujian lebih berat.
Takut seperti dulu lagi lupa kepada Allah. Jadi luar biasa, luar biasa berkah adanya sentuhan Allah ini. Kata orang saya terpuruk, malah saya merasa dulu saya terpuruk, dan baru sekarang saya menemukan jalan yang benar.
Apa yang akhirnya bisa membuat Aa dan DT bisa bertahan?
Kan Darut tauhid itu sudah ada sebelum saya ada, itu sudah tertulis di lawhul mahfudz. Cuma saya dan kawan-kawan jadi jalan saja terwujudnya rencana Allah. Mungkin saat awal hatinya masih lurus, tapi saat Allah menguji dengan duniawi mulai melenceng. Lalu sekarang belajar kembali lagi ke Allah, ya itu juga Allah juga, kan karuniaNya datang dari Allah. Kalau seseorang kuat dan bertahan, pasti kekuatan itu datang dari Allah.
Kalau diperhatikan ceramah-ceramah Aa sekarang lebih banyak mendekatkan diri kepada ketauhidan, kalau dulu cenderung ke pop. Tanggapan Aa bagaimana?
Iya benar, bahwa dulu memang kemasannya seperti supaya umat senang, tapi sekarang mudah-mudahan supaya Allah senang.
Dengan adanya moment seperti ini, lalu bagaimana Aa memandang problem umat dulu dan sekarang? Apakah masih tetap sama?
Iya jadi ada perspektif baru, kalau dulu sepertinya (problem) umat itu karena dari berbagai strategi dan duniawi. Tapi kalau sekarang menemukan problem umat terbesar saat ini adalah ketauhidan. Dan maaf ya, kita banyak berjuang, tapi masalah besarnya, yaitu Allah-nya kurang dikenal. Allah-nya baru dalam lisan, jangan-jangan kita mempertuhankan perjuangan, seakan-akan kita yang bisa berbuat banyak, tapi kepada Allah yang menguasai langit dan bumi hanya selewat. Bahaya jika kita tidak mengenal Allah.
Seolah-olah aktivis Islam hanya belajar Islam, tapi tidak belajar untuk dekat kepada Allah?
Ya, kita sebagai aktivis sering sekali sibuk dengan Islam-nya, tapi tidak sibuk dengan Allah-nya. Kita belajar Islam tapi belum tentu belajar serius untuk dekat dengan Allah. Karena ada kalanya ilmu yang kita pelajari justru untuk kepentingan duniawi kita. Ingin nama, ingin besarnya organisasi, malah ada yang lebih mencintai organisasinya daripada mencintai Allah, mencintai kelompoknya daripada mencintai Allah. Kita mencari dalil yang sohih tapi kadang akhlak kita tidak sohih. Itu yang harus kita tafakuri pada diri kita.
Jadi marifatullah itu sangat penting bagi aktivis Islam saat ini?
Marifatullah atau mengenal Allah itu adalah fondasinya, karena bagaimana bisa syahadat dengan benar kalau kita tidak kenal Allah. Walau lisan kita bersyahadat tapi tidak kenal Allah, pasti tenaga untuk syahadatnya kurang. Pasti ada tuhan yang lain nanti di hatinya. Mungkin menuhankan harta, kedudukan, atau mempertuhankan dirinya sendiri. Ingin dikagumi dan sebagainya.
Bagaimana bisa shalat khusyu kalau tidak kenal Allah sedangkan orang yang khusyu itu kan kalau sudah kenal Allah khusyu-nya akan lebih mudah karena dia merasa diperhatikan, didengar dan dipersaksikan. Jadi fondasi dari segalanya adalah marifatullah.
Aa sering berbicara tentang Tauhid, sebenarnya bagaimana pandangan Aa terhadap Tauhid?
Iya tauhid itu laillaha ilallah. Semakin bersih hati dari menuhankan siapapun selain Allah semakin bagus tauhidnya. Dia akan makin bahagia, makin tenang, makin gigih dalam berjuang, makin istiqomah, makin berubah ahklaknya menjadi lebih baik. Karena akhlak itu akan jadi baik berbanding dengan tingkat keyakinan.
Kalau yakin Allah Maha Mendengar, insya Allah dia terjaga kata-katanya. Makin tahu Allah mengetahui isi hati, dia tidak berani bersuudzhan kepada orang beriman. Makin yakin Allah yang membagikan rezeki, makin tidak gentar menghadapi hidup ini. Makin yakin Allah mengetahui segala rahasia, dia tidak berani bermaksiat secara sembunyi-sembunyi. Pokoknya yakin kepada Allah, akhlak berubah menjadi semakin lebih baik.
Masalah kita, waktu untuk belajar tentang Allah ini sepertinya bukan menjadi hal yang prioritas. Padahal Al Qur’an sendiri, kata Imam Ibnu Taimiyyah, lebih banyak menyebut tentang Allah daripada tentang apapun. Ayat yang paling mulia yaitu Ayat Kursi (berbicara) tentang Allah. Surat yang paling utama, surat Al Fatihah tentang Allah. Sepertiga Al Qur’an yakni surat Al Ikhlas itu juga tentang Allah. Tapi waktu kita untuk belajar tentang Allah sangat tidak sebanding dengan kesibukan kita.
Jadi ini masalahnya, kita sering tidak serius dengan fondasi yang kita bangun, yakni ilmu mengenal Allah, tentang yakin kepada Allah, tentang patuh kepada Allah.
Apa pesan Aa untuk pembaca Eramuslim?
Seriuslah di hati terdalam secara jujur ingin mencintai Allah, tidak usah digembar-gemborkan. Kemudian berusahalah sekuat tenaga mencari ilmu dari orang yang yakin kepada Allah. Supaya kita ketularan yakin kepada Allah, berkumpullah kepada orang-orang yang yakin kepada Allah dan bermujahadahlah untuk bisa yakin dan patuh kepada Allah.
Allah nanti mengatur semuanya. Allah menuntun kita ditempatkan di tempat yang paling pas dalam perjuangan ini, tapi semuanya diatur Allah yang Maha Tahu apa yang paling tepat untuk kita semua.
Walladzina jaahadu fii na lanahdiyannahum subulana. Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah, pasti Allah menunjukkan jalan-jalannya. Terimakasih ya mohon doa. (pz)"
Taken from:
http://www.eramuslim.com/berita/bincang/aa-gym-saya-sangat-bersyukur-allah-menolong-saya-mengenal-tipuan-dunia.htm
Monday, June 27, 2011
Waktu Terus Berjalan
"Jadilah diri sendiri. Belajarlah berhenti melihat orang lain selalu lebih hebat..."
Sunday, June 26, 2011
Saturday, June 25, 2011
Surah Al-Hijr, Ayat 39-40
"Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat,
1) aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi,
2) dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,
KECUALI hamba-hambaMu yg IKHLAS di antara mereka..."" - Surah Al-Hijr, ayat 39-40
Ya Allah, jadikanlah aku salah seorang daripada para mukhlasin (orang-orang yang ikhlas). Membuat sesuatu karena mencari redho Allah SWT. Bukan karena kan mengimpresskan people. Bukan karena kan membuktikan arah people yang we could do that. And so on...
1) aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi,
2) dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,
KECUALI hamba-hambaMu yg IKHLAS di antara mereka..."" - Surah Al-Hijr, ayat 39-40
Ya Allah, jadikanlah aku salah seorang daripada para mukhlasin (orang-orang yang ikhlas). Membuat sesuatu karena mencari redho Allah SWT. Bukan karena kan mengimpresskan people. Bukan karena kan membuktikan arah people yang we could do that. And so on...
Sunday, June 19, 2011
Saturday, June 18, 2011
Surah Fatir, Ayat 29
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
1) kitab Allah (al-Qur'an)
2) dan melaksanakan solat
3) dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu MENGHARAPKAN PERDAGANGAN YANG TIDAK AKAN RUGI...”
- Surah Fatir, ayat 29
1) kitab Allah (al-Qur'an)
2) dan melaksanakan solat
3) dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu MENGHARAPKAN PERDAGANGAN YANG TIDAK AKAN RUGI...”
- Surah Fatir, ayat 29
Tuesday, June 7, 2011
MYC Hijrah Camp 1432
Monday, June 6, 2011
Istiqomahlah dan Bersederhanalah
"Ini adalah kitab (di tangan kanan Rasulullah) daripada Tuhan sekalian alam. Di dalamnya terdapat nama semua ahli syurga, nama ayah dan kabilah mereka. Kemudian mereka semua dihitung tanpa ditambah atau dikurangkan selama-lamanya." Kemudian baginda bersabda tentang kitab di tangan kirinya pula: "Ini adalah kitab dari Tuhan sekalian alam. Di dalamnya terdapat nama semua ahli neraka, nama ayah dan kabilah mereka. Kemudian semua mereka dihitung tanpa ditambah atau dikurangkan selama-lamanya." Para sahabat baginda bertanya: "Oleh itu kenapakah kita beramal, wahai Rasulullah, jika semuanya sudah telah selesai tertulis?" Baginda bersabda: "Istiqomahlah dan bersederhanalah..."
- Hadits riwayat imam Ahmad, An-Nasa'ie dan At-Tirmidzi daripada 'Abdullah bin 'Amr RA
- Hadits riwayat imam Ahmad, An-Nasa'ie dan At-Tirmidzi daripada 'Abdullah bin 'Amr RA
Sunday, June 5, 2011
Some of the Words of Sayyidina Abu Bakar RA
"Wahai umat manusia! Sesungguhnya aku telah dilantik dikalangan kamu sedangkan aku bukanlah orang yang terbaik. Maka, jika aku melakukan kebaikan maka bantulah aku. Tetapi, sekiranya aku terpesong, maka, betulkanlah aku. Benar itu adalah amanah dan dusta itu adalah khianat..."
- Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq RA
- Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq RA
Saturday, June 4, 2011
How A Scholar's Parents Met
Saturday, 4th June 2011
12:24 AM - I looked at my laptop's watch. And, I decided to sleep.
12:30+ AM - I slept after solat Witr, reciting Ayat Kursi, reciting doa sebelum tidur, and so on. I set my alarm so that I could wake up, insya-Allah, on 2:45 AM later.
And, masa tidur, I had a dream... Quite a long dream lah.
12:54 AM - I woke up (looking at my mobile's watch). Then, I made wudhu', and recite doa selepas tidur. And, alhamdulillah, saya berasa segar walaupun tidur skajap.
Then, I decided to open back my laptop and kan memblog skajap lah ahh.
Yatah tu (video di atas) yang kan saya share for today. Hmmm... In order to have great children, the parents need to be hebat too. Of course, it's not that easy to have children who are soleh and solehah, kan? Bukan sanang kan dapat sanang. But, inda mustahilkan? :)
Aamiin...
12:24 AM - I looked at my laptop's watch. And, I decided to sleep.
12:30+ AM - I slept after solat Witr, reciting Ayat Kursi, reciting doa sebelum tidur, and so on. I set my alarm so that I could wake up, insya-Allah, on 2:45 AM later.
And, masa tidur, I had a dream... Quite a long dream lah.
12:54 AM - I woke up (looking at my mobile's watch). Then, I made wudhu', and recite doa selepas tidur. And, alhamdulillah, saya berasa segar walaupun tidur skajap.
Then, I decided to open back my laptop and kan memblog skajap lah ahh.
Yatah tu (video di atas) yang kan saya share for today. Hmmm... In order to have great children, the parents need to be hebat too. Of course, it's not that easy to have children who are soleh and solehah, kan? Bukan sanang kan dapat sanang. But, inda mustahilkan? :)
Aamiin...
Friday, June 3, 2011
Souls in Prenatal Existence
Abu Hurairah narrated from Allah's Messenger (sal Allahu alaihi wa sallam) that he said: “People are like mines of gold and silver; those who were excellent in Jahiliya (during the days of ignorance) are excellent in Islam, when they have an understanding, and the souls are troops collected together and those who had a mutual familiarity amongst themselves in the store of prenatal existence would have affinity amongst them (in this world also) and those who opposed one of them, would be at variance with one another.” [Sahih Muslim]
There is no way to know of the world in which souls exist before they come into bodies on earth, and there is no way to know what happens to them after the death of the body they inhabit, except through revelation. It is only through revelation that we find out that those souls who loved each other in the state of prenatal existence find each other out and love each other in this world also. There is a very interesting story about Salman al-Farisi (radi Allahu anhu) narrated from al-Harith bin Umaira:
“I once went to the marketplace in the city and I met some friends with whom I chatted a little. Somewhere within the range of my view, I noticed a man wearing an old worn garment, and he was sitting in front of his house, busy wielding a red leather belt. When he perceived that I noticed him, he looked at me, nodded his head, and he made a gesture with his hand, and he shouted, ‘O servant of Allah, wait in your place for me!’ I immediately stood up and I asked my friends, ‘Who is that man?’ They replied, ‘This is Salman!’ Meanwhile, the man went inside his house, and he came out shortly after that wearing a clean white robe, and he cheerfully hastened towards me, shook hands with me, and he then said to me, ‘How are you doing?’ I was in shock, and I said to him, ‘O servant of Allah, who are you? We have never met before this day, nor do we know each other! What do you want?’ Salman replied, ‘But of course! I swear by Him Who holds the destiny of my life that as soon as I saw you, my soul recognized your soul. Are you not al-Harith bin Umaira?’ I said in amazement, expecting him to explain himself, ‘Indeed I am!’ He continued, ‘I heard God’s Messenger (sal Allahu alaihi wa sallam) say, ‘Souls are loyal soldiers. Among them, those who recognize the sovereignty of Allah will know one another and live in harmony; while those that negate the sovereignty of Allah, will disagree and be indifferent towards one another.’” [Hilyat-ul Awliya wa Tabaqaat al-Asfiya by Imam Abu Naim al-Asfahani]
Taken from:
http://dailyhadith.adaptivesolutionsinc.com/hadith/Souls-in-Prenatal-Existence.htm
There is no way to know of the world in which souls exist before they come into bodies on earth, and there is no way to know what happens to them after the death of the body they inhabit, except through revelation. It is only through revelation that we find out that those souls who loved each other in the state of prenatal existence find each other out and love each other in this world also. There is a very interesting story about Salman al-Farisi (radi Allahu anhu) narrated from al-Harith bin Umaira:
“I once went to the marketplace in the city and I met some friends with whom I chatted a little. Somewhere within the range of my view, I noticed a man wearing an old worn garment, and he was sitting in front of his house, busy wielding a red leather belt. When he perceived that I noticed him, he looked at me, nodded his head, and he made a gesture with his hand, and he shouted, ‘O servant of Allah, wait in your place for me!’ I immediately stood up and I asked my friends, ‘Who is that man?’ They replied, ‘This is Salman!’ Meanwhile, the man went inside his house, and he came out shortly after that wearing a clean white robe, and he cheerfully hastened towards me, shook hands with me, and he then said to me, ‘How are you doing?’ I was in shock, and I said to him, ‘O servant of Allah, who are you? We have never met before this day, nor do we know each other! What do you want?’ Salman replied, ‘But of course! I swear by Him Who holds the destiny of my life that as soon as I saw you, my soul recognized your soul. Are you not al-Harith bin Umaira?’ I said in amazement, expecting him to explain himself, ‘Indeed I am!’ He continued, ‘I heard God’s Messenger (sal Allahu alaihi wa sallam) say, ‘Souls are loyal soldiers. Among them, those who recognize the sovereignty of Allah will know one another and live in harmony; while those that negate the sovereignty of Allah, will disagree and be indifferent towards one another.’” [Hilyat-ul Awliya wa Tabaqaat al-Asfiya by Imam Abu Naim al-Asfahani]
Taken from:
http://dailyhadith.adaptivesolutionsinc.com/hadith/Souls-in-Prenatal-Existence.htm
Thursday, June 2, 2011
Everything Begins With Tarbiyyah
"Tamann-nau (make a wish)!" - Sayyidina 'Umar
If I were there, maybe, I would answer, I would need more and more Bruneians like Sultan 'Berkat' Sharif Ali (who did so much for Islam), Pengiran Bendahara Sakam (the warrior who saved Brunei from being Christianized) and the pious Sultan Muhammad Hassan (the one who introduced Hukum Kanun Brunei). :)
Wednesday, June 1, 2011
Ilmu Ikhlas - Ustadz Yusuf Mansur
"Ente berani bilang dia engga ikhlas? Ente tega bilang dia engga ikhlas?"
"Minta duit boleh engga sama Allah? Ente jahat kalo bilang engga boleh! JAHAT! Mau minta ke mana orang yang engga punya duit? PIKIR DONK! Masa orang yang engga punya duit engga boleh minta sama Allah duit?" - Ustadz Yusuf Mansur
Tagih arah Allah. Minta arah Allah. Especially masa qiamullail. Allah maha kaya. Ani namanya minta dunia dan minta akhirat. I learn a lot from this ustadz. Alhamdulillaah... :)
Subscribe to:
Posts (Atom)