Friday, February 26, 2010

Semua Yang DitentukanNya Adalah Baik

An ex-classmate of mine tagged me in her Facebook's note: 'Semua yang ditentukanNya baik'. The second last paragraph made me smile. =)

Ini adalah petikan dari buku "Bila Allah Menduga Kita" karya Syed Alwi Alatas...
mari kita sama-sama merenung sejenak...

Ibnu Taimiyyah bercerita tentang seorang menteri yang selalu menjawab ‘baik’ setiap kali ditanya pendapatnya tentang sesuatu. Suatu hari menteri ini menghadiri acara makan malam bersama Raja. Ketika sedang memotong buah, Raja dengan tidak sengaja telah mencederakan jari telunjuknya sendiri. Pisau yang dia gunakan untuk memotong buah telah menyebabkan jari telunjuknya terpotong dan merasa kesakitan. Raja pun bertanya bertanya kepada menteri yang duduk di sebelahnya tentang kejadian yang baru saja dialaminya.

“Baik wahai Raja” jawab menteri itu tanpa keraguan.
“Apa? Kamu katakan ini baik?” Raja terperanjat dengan jawapan itu.
“Ya wahai Raja. Itu baik.”

Raja sangat marah dengan jawapan itu. Mana mungkin jarinya yang luka parah seperti itu dianggap menterinya sebagai hal yang baik? Maka dia pun memerintahkan menteri itu ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Kemudian Raja mengunjungi menterinya di penjara dan bertanya padanya, “Sekarang, apa pendapatmu tentang keadaanmu sendiri, masih mahu berada di dalam penjara seperti ini?”

“Baik wahai Raja” jawab menteri itu tanpa ragu-ragu.

Mendengar jawapan itu, Raja menjadi semakin marah dan segera meninggalkannya dan segera meninggalkan menterinya sendirian di dalam penjara. Dia merasa menterinya itu sangat bodoh dan keterlaluan dalam memberikan pendapat. Beberapa hari kemudian, Raja pergi berburu di dalam hutan dan ditemani menterinya yang lain kerana menteri yang biasa menemaninya telah dipenjarakan. Mereka pun berangkat dengan kuda menuju ke hutan. Oleh kerana menteri yang baru tidak biasa dengan cara Raja menunggang kuda, akhirya dia tertinggal jauh di belakang. Mereka terpisah dan Raja sendiri akhirnya sesat di dalam hutan. Bukan hanya tersesat, raja juga ditangkap oleh sekumpulan penyembah berhala yang tinggal di dalam hutan tersebut.

Raja tersebut ditahan oleh para penyembah berhala dan mereka menetapkan Raja sebagai korban untuk berhala mereka. Mereka melakukan upacara selama tujuh hari dan pada hari ketujuh mereka membawa Raja ke tempat persembahan. Saat Raja sudah siap untuk dikorbankan, mereka melihat jari telunjuk raja terpotong, lalu mereka ragu untuk mengorbankan Raja.

“Kita hanya mempersembahkan yang terbaik dan sempurna pada berhala kita” kata ketua suku yang memimpin upacara tersebut. “Orang ini jari telunjuknya terpotong, jadi dia tidak layak menjadi korban”. Dengan itu, mereka melepaskan Raja tersebut dan beliau kembali ke kerajaannya dengan perasaan yang gembira. Selang beberapa hari peristiwa itu, Raja teringat akan kata-kata menterinya yang telah membuatnya marah ketika jarinya terpotong.

Dia segera ke penjara dan berkata kepada menteri itu, “Apa yang kamu katakan waktu jari saya terpotong memang betul. Itu memang hal yang baik”. Lalu dia pun menceritakan apa yang dialaminya hingga dia akhirnya selamat dari ancaman kematian. Menteri itu berkata, “Saya berada di dalam penjara ini juga baik kerana jika saya pergi dengan Raja pada hari itu, saya juga pasti turut tertangkap. Tentu saya akan dijadikan korban kerana anggota tubuh saya lengkap dan tidak ada yang cacat”.

Maka Ibnu Taimiyyah menutup cerita ini dengan mengatakan, “Semua yang ditetapkan oleh Allah adalah baik".

Sunday, February 21, 2010

An Indirect Reminder



This is what I showed them masa durang buat classwork!

Why? I wanted them to increase their awareness about the importance of akhirat.

However...

One of my students said, "Menyindir kah tu sir?"
I replied, "Huh?!"
Then, she said, "Buleh (buat classwork) liat buku?"
I answered, "Au buleh (sal ani classwork)"
"Abis tu?" her hand pointing to the Powerpoint slide which shows the picture above.
I replied, "Ahh... Nada. Saja-saja."

Lebih kurang cematulah conversation kami yesterday, hehe...

Hmmm... last Wednesday, I gave them a 30 minutes topical test. And I noticed some of them were cheating. Well, my intention is not to menyindir them though. But yeah, that would be a bonus point since some of them are 'tersinggung', insyaAllah, it would be a good reminder (tadzkiroh) to them.

That's all for today!

Hehe... *sambung jaga booth MYC sambil surfing*

Friday, February 19, 2010

Higher and Higher!

Bismillaah...

Kitani inda dapat berpuas hati dengan amal-amal kebaikan yang telah tani buat, Why? Because balum tantu amal tani atu diterima Allah. Dan tani inda tau apa penghujung hidup tani, kesudahan yang baik (husno zhon) or kesudahan yang buruk (su’uz zhon)?

Event though tani tau amal tani atu dapat pahala, macam, bila tani solat berjamaa’ah based on a popular hadits yg sohih dimana solat berjamaa’ah atu pahalanya 27 kali ganda daripada solat seorang diri. Karena sesungguhnya, Allah-lah yang layak dan ada haq 100% untuk memberi tani pahala. Yes, Allah tidak memungkiri janji-janjiNya. But still, the haq or the right to give the pahala is fully 100% from Allah.

So, marilah tani sama-sama banyak-banyak berbuat kebaikan dengan keikhlasan 100% lillaahi ta’aalaa. Bila tani melangkahkan kaki tani ke syurga yang kekal abadi (abadan abadaa), then, baru tah tani dapat berpuas hati.

Bila tani rasa amal-amal kebaikan tani atu banyak dari urang lain, banyak-banyaklah beristighfar. Dan tingkatkan lagi iimaan dan amal tani higher and higher and higher! Why? Sekali lagi, tani inda tau amal tani yg tani buat in the past, now, and in the future atu diterima or inda. And tani inda tau penghujung hidup tani. Buruk or baik?

And, who are we to judge and say yang amal-amal tani atu banyak dari insaan atu? Atu macam mengambil haq Allah untuk menentukan sesuatu atu. And atu adalah berdosa. Haq Allah kan tani ambil? Astaghfirullaah... Karena sesungguhnya, Allah-lah yang berkuasa atas SEGALA sesuatu. EVERYTHING...

“Seorang Muslim akan benar-benar istirahat jika kedua kakinya telah memijak pintu syurga. Sebelum itu tidak ada istirahat. Yang ada adalah IKHTIAR dan TERUS IKHTIAR untuk mendapat CINTA dan REDHA Allah SWT…” – Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

Let's aim for higher and higher continously!

Sunday, February 7, 2010

I Feel Happy Too!

“YES, FORM SIX!”

That was the shout of a woman after the O Level examination result was released patang tadi. At that time, aku masatu marking classwork which I gave to my 30 students during the periods eight and nine classes. You know what, hearing that shout somehow made me happy. Really happy. Even though I’m not her teacher. And I didn’t even see her face.

“Cikgu Nasda, dangar kita tadi?” I was referring to the shout outside our staffroom at the administration area. At the staffroom, there were only the two of us left. The rest of the teachers already went home.

“Apa?” What, she didn’t hear it? I guess she was really concentrating on finishing her marking.

“Ada perempuan ni ia terais (shout),’YES, FORM SIX!’ Artinya ia dapat form six jua tu…“

And guess what? She laughed happily. It seemed that she was happy too hearing that.

And about 2:40 PM, I finished my marking and I left the school.

And, there are still many markings that need to be done (one classwork and one topical test),

52 students that I have to care for my Teaching Practice (some of my friends that I know have to care for more than this number).

Four classworks and two homeworks that need to be made every week (and marked and checked and recorded after that).

Seven lesson plans per week that need to be submitted on early Monday morning to be checked by the two HOD teachers (compared to UBD: about 2-3 lesson plans per semester).

And, many more.

Wow, alhamdulillaah…

Anyway, many congratulations to the people who got their O Level results!

Remember that no matter what happens, it’s your effort (than the result) that counts MORE in the eyes of Allah! :)